Senin, November 30, 2009

MENATA MASA DEPAN BERSAMA TABUNGAN PERENCANAAN

Tak terasa, sudah setahun lebih aku hidup di Jakarta. Arus uang dan informasi yang begitu cepat memaksaku untuk berpikir keras bagaimana caranya memanajemen keuanganku.

Mahalnya makanan di Jakarta, terkadang membuatku kelimpengan di akhir bulan. Mungkin bukan hanya aku yang mengalami ini, tetapi masih ada teman-teman lain yang senasib dan sepenanggungan, terutama anak daerah.

Malam hari suasana Jakarta sangat jauh berbeda dengan suasana perkampungan. Di kampung hanya suara kodok dan jangkrik yang memecah keheningan malam, tetapi di Jakarta suara klakson dan suara pedagang kaki lima masih mendominan.

Dari lantai dua, aku melihat banyak pedagang kaki lima wira-wiri di depan kontrakan, ada nasi goreng, nasi gila, bakso, somay, empek-empek, ketoprak, dan lain-lain. Terkadang aku merasa iba dengan mereka, masih bekerja di saat yang lain mengistirahatkan badannya. Terlintas di benakku, “Mengapa mereka bisa seperti itu? Bagaimana dengan masa depannya dan keluarganya? Bagaimana kehidupan ekonomi mereka?” Dan masih banyak lagi seliweran-seliweran pertanyaan lainnya. Kalau di kampung masih mending, karena sayur dan lauk bisa di dapat dari sawah dan kali. Tapi kalau di sini? Rumput ja mau tumbuh pikir-pikir.

Semakin kuresapi, semakin takut aku memikirkan masa depanku. “Masa depanku gimana ya? Jauh beda nggak sama para pedagang itu? Gimana kalau dah berkeluarga?” Dan masih banyak lagi hal-hal yang membuatku semakin abstrak memikirkan masa depanku. Memang benar kata emakku yang di kampung, semakin dewasa akan semain banyak hal yang harus dipikirkan. Sedikit melenceng dari konteks masa depan, aku bukanlah anak orang yang bercukupan secara materi. Tapi, aku merasa beruntung karena bisa kuliah, yaitu dengan beasiswa.

Ketakutanku memikirkan masa depan, mendorongku mengeluarkan laptop yang diberi pemberi beasiswaku dari dalam tas. Ku kunjungi mbah google dan kuketikkan kata “MERENCANAKAN MASA DEPAN.” Dalam hitungan sepersekian detik, berlembar-lembar dokumen sudah mengantri untuk siap dibuka.

Ku klik salah satu dokumen, disebutkan bahwa mengatur atau merencanakan masa depan bisa melalui jasa perbankan. Dengan sigap, segera aku membuka berbagai situs perbankan.

“Tumben Yas, ngunjungi situs perbankan, biasanya Facebook terus yang dikunjungi.” Ledek salah satu teman yang duduk disampingku.

“Lagi berpuasa dari facebook. Hahahaha…. Nggak gitu juga, aku merasa setahun ini sering membelanjakan uangku untuk hal-hal yang nggak begitu perlu, maka dari itu aku buka situs perbankan, siapa tahu aku bisa nemu solusinya.” Kataku.

“Aduh, kata-kata terakhirnya tu yang nggak nahan, tapi kalau emang kayak gitu mendingan kamu buka tabungan perencanaan saja.” Jawab temanku.

“Tabungan Perencanaan?” Tanyaku sambil melirik ke arahnya.

“Ya, tabungan perencanaan…Jadi, tiap bulan uang kamu yang ada di rekening bakalan di autodebet secara otomatis tanpa perlu datang langsung ke bank yang bersangkutan. Dan proses autodebet tersebut akan dilaksanakan sesuai tanggal yang telah disepakati bersama, yaitu antara pihak bank dan kamu, serta uang yang akan di autodebet pun sesuai dengan kesepakatan bersama juga. Bunganya juga lebih gedhe lhooo daripada tabungan biasa.” Jawabnya cukup gamblang.

“Wah, enak juga tuh…dah nggak perlu datang ke bank yang bersangkutan, bunganya lebih gedhe lagi. Tapi cara bukanya gimana? Trus kita ngecek jumlah uang yang dah ditabung gimana?” Tanyaku penasaran.

“Perasaan sedang buka situs perbankan deh, lihat ja di situ, kan ada…” jawab temanku sambil menunjuk laptopku yang menyala.

Menit demi menit aku menggulung scroll naik turun. Ku baca tiap detail informasi yang berkaitan dengan tabungan perencanaan. Satu demi satu situs perbankan aku kunjungi, mulai dari situs bank A sampai bank Z. Ku pelototi layar laptop di depanku dengan seksama. Halaman demi halaman telah aku baca. Dari sanalah aku mendapatkan informasi bahwa banyak sekali keuntungan-keuntungan yang akan didapat bila menabung dalam bentuk tabungan perencanaan, diantaranya mendapatkan suku bunga yang lebih tinggi daripada tabungan biasa, mendapatkan asuransi, jangka waktu menabung yang fleksibel, dapat menambah dana di luar setoran bulanan, belajar hidup disiplin dan berkomitmen. Dan untuk pengecekan uang yang telah disetor, pihak bank juga telah menyediakan fasilitas pengecekan, ada yang via ATM, internet, rekening koran, dan lain-lain.

Dalam suatu artikel, di salah satu situs berita di internet, dikatakan bahwa “Kegagalan atau kekurangan yang acap kali terjadi ketika kita hendak menabung umumnya disebabkan oleh beberapa kondisi berikut ini. Pertama, kurangnya kedisiplinan kita dalam menabung sejumlah uang secara teratur setiap bulan. Dalam hal ini, kita cenderung menunda keinginan untuk menabung karena kita merasa tidak ada kewajiban yang hakiki untuk melakukannya.”

“Kedua, godaan untuk menarik dana dari tabungan yang kita miliki guna memuaskan kebutuhan belanja yang tidak perlu. Ketiga, umumnya kita merasa bahwa kita membutuhkan waktu yang cukup lama untuk bisa mengakumulasi jumlah uang dalam jumlah besar melalui skema menabung.”

“Akibatnya, kebiasaan menabung yang seharusnya kita lakukan terkendala dengan fenomena tersebut. Bila komitmen untuk menabung sering kali terkendala dengan munculnya beragam kesalahan tersebut, adakah solusi yang bisa kita terapkan untuk mewujudkan impian atau aspirasi kita di masa depan?” Jawabanya “Ada, yaitu tabungan perencanaan.”

Jika ditilik dari slogan “3P” yang telah diluncurkan oleh bank sentral Indonesia, menurut aku tabungan perencanaan sudah memenuhi kriteria tersebut, bahkan cukup baik. Pertama, Pastikan Manfaatnya. Tabungan perencanaan lebih unggul dalam pemberian suku bunga(lebih tinggi), terdapat asuransi, mendidik para nasabahnya untuk hidup disiplin dan berkomitmen, dan membidik target perencanaan masa depan nasabahnya lebih tepat daripada tabungan biasa.

Kedua, Pahami Risikonya. Dalam hal ini, menurut aku tabungan perencanaan tidak begitu memberikan risiko yang signifikan asalkan kita mematuhi term & conditions yang disepakati bersama. Bahkan, di sisi lain tabungan perencanaan memberikan kita perlindungan asuransi jika nasabah mengalami ketidakmampuan total tetap atau meninggal dunia.

Ketiga, Perhatikan Biayanya. Jika dilihat dari segi biaya, menurut aku biaya administrasi, dan lain-lain yang dibebankan tidaklah besar. Justru keuntungan yang akan didapatkan jauh lebih besar.

Berdasarkan fakta-fakta itulah aku semakin tertarik untuk mencoba tabungan perencanaan. Karena TABUNGAN PERENCANAAN MEMBANTU KITA MENATA MASA DEPAN.

Kedepannya, aku berharap tabungan perencanaan akan semakin dilirik dan dinikmati oleh nasabah perbankan di seluruh Indonesia. Hal ini dikarenakan kemudahan, kedisiplinan, dan kenyamanan yang ditawarkan. Di sisi lain, aku berharap tabungan perencanaan tidak hanya melayani perencanaan-perencanaan untuk sebuah keluarga atau individu, tetapi juga melayani perencanaan pendidikan seperti kegiatan study tour dan research, bazaar, hari ulang tahun sekolah, dan lain-lain. Dan mungkin juga bisa dikembangkan lagi untuk perusahaan atau corporate, misalnya membantu perencanaan pengadaan training karyawan, kegiatan reuni, dan lain-lain.