Selasa, Februari 09, 2010

Tarif Murah Membawa Berkah

Kategori: Masyarakat Umum
Tema: Dampak tarif telekomunikasi yang murah terhadap upaya peningkatan kualitas hidup masyarakat Indonesia: Tarif Murah Membawa Berkah [1]

Oleh: Triyas D. Saputra [2]

Tahun 90-an mungkin telepon selular merupakan barang mewah yang hanya dapat dimiliki oleh kalangan tertentu saja. Harga ponsel dan pulsa yang mahal merupakan kendala utama akan kepemilikan salah satu produk teknologi telekomunikasi ini. Tentu saja hal ini sangat jauh berbeda dengan masa sekarang, dulu harga ponsel jutaan rupiah dan masih dengan bentuknya yang cukup besar, berantena, dan fitur terbatas. Tapi sekarang cukup merogoh minimal cepekceng dari saku sudah dapat memiliki salah satu produk teknologi telekomunikasi ini, bahkan bentuknya cukup stylish dan fitur yang lebih variatif.

Harga telepon selular yang terjangkau dan kesadaran masyarakat akan kebutuhan telekomunikasi membuat ponsel menjamur di berbagai kalangan, mulai dari kalangan Bos hingga kalangan tukang becak. Belum lagi promosi-promosi yang dilakukan oleh berbagai operator selular, tak helak membuat masyarakat makin antusias dalam menggunakan salah satu produk teknologi telekomunikasi ini.

Ditilik dari berbagai sudut pandang, kondisi ini sangat menguntungkan berbagai kalangan, mulai dari operator selular itu sendiri, pengusaha, karyawan, masyarakat pedesaan, konsumen, bahkan negara juga diuntungkan dari kondisi ini.

Tahun 2009, bisa dibilang sebagai tahun persaingan yang cukup ketat bagi produsen telepon selular, seperti Nokia, Sony Ericsson, Samsung, Motorola dan LG. Mereka harus bersaing dengan pendatang baru yang cukup sukses dalam menjaring pengguna telepon selular di Indonesia. Adalah BlackBerry (BB) yang merupakan salah satu produk teknologi telekomunikasi yang sedang hot-hot nya dalam menarik perhatian pengguna telepon selular.

Bagi operator selular, persaingan mulai dirasakan ketika salah satu operator selular raksasa di Indonesia (XL) meluncurkan promo tarif murah Rp 1/detik. Meskipun sebelumnya CDMA telah meluncurkan tarif murah, tetapi respon dari masyarakat belum terlalu signifikan. Takut akan pelanggannya beralih maka para pesaing XL pun meluncurkan promo yang serupa, bahkan sampai Rp 0,001/detik. Penurunan tarif telepon secara besar-besaran yang dilakukan oleh berbagai operator selular tentu saja juga mengubah status Indonesia dari salah satu negara penyedia tarif telekomunikasi termahal menjadi salah satu negara penyedia tarif telekomunikasi termurah.

Tarif Murah Membawa Berkah Bagi Dunia Telekomunikasi
Tidak hanya membawa berkah bagi pelanggannya saja, tarif murah juga dirasakan manfaatnya oleh para operator selular. Tak perlu jauh-jauh mengambil contoh, sebut saja XL yang mampu memposisikan dirinya sebagai salah satu perusahaan telekomunikasi yang mendulang keuntungan mencapai 13,9 triliun pada tahun 2009. Selain itu XL juga mampu menggandeng pelangganya menjadi 31,4 juta atau naik 21% dibandingkan tahun 2008.

Berkah dari tarif murah juga dirasakan oleh para penyedia menara Base Transceiver Station (BTS). Hal ini dikarenakan semakin banyaknya menara-menara BTS yang dibutuhkan operator selular dalam memperluas jaringannya, terutama di daerah-daerah pelosok yang notabene sulit memperoleh sinyal. Sehingga hal tersebut mampu menggerakan roda perekonomian pada perusahaan BTS tersebut.

Tarif Murah Membawa Berkah Bagi Masyarakat Daerah
Masyarakat desa atau yang lebih dikenal dengan masyarakat daerah merupakan sekelompok orang yang selama ini paling jarang bersentuhan dengan teknologi telekomunikasi, terutama masyarakat pelosok atau pedalaman. Selain masih jaranganya jaringan kabel telepon yang masuk, harga yang mahal dari perangkat telekomunikasi juga menjadi masalah utama. Namun seiring berjalannya waktu, kedua masalah tersebut sedikit banyak dapat diatasi, yaitu dengan dihadirkannya telepon selular yang merupakan perangkat telekomunikasi nirkabel (tidak menggunakan kabel). Selain nirkabel, harganya yang semakin terjangkau juga menjadi faktor utama dalam mempengaruhi pergerakan perkembangan teknologi telekomunikasi ini.

Usai mengatasi kedua masalah tersebut, muncul lagi masalah baru yang harus diselesaikan oleh para jajaran manajemen operator selular, yaitu tentang bagaimana menjangkau daerah-daerah pelosok yang notabene sulit mendapatkan sinyal. Tetapi makin kesini masalah tersebut bukan lagi menjadi masalah utama, karena akibat dari tarif yang murah telah mampu meningkatkan pendapatan para operator telepon selular dan itu artinya perluasan jangkauan sinyal akan dilakukan secara besar-besaran terutama di daerah-daerah yang selama ini sulit memperoleh sinyal.

Alhasil, sekarang di daerah-daerah pelosok sudah mulai terjamah oleh teknologi telekomunikasi. Tentu hal ini sangat disambut dengan hangat dan gembira oleh para masyarakat daerah. Faktanya setelah bersentuhan dengan teknologi telekomunikasi, berkah yang dirasakannya pun sangat besar, seperti dalam hal perekonomian dan jembatan dalam peluang usaha.

Sebelum Teknologi telekomunikasi masuk mungkin untuk melakukan transaksi perekonomian seperti bertemu dengan agen atau pengepul harus face to face, tetapi sekarang cukup dengan SMS atau telepon transaksi perekonomian pun sudah dapat berjalan. Selain itu, dengan datangnya teknologi telekomunikasi di pedesaan juga mampu membuka peluang usaha baru seperti berjualan voucher pulsa, maka tak sedikit kita temui counter-counter penyedia pulsa yang berada di pinggir-pinggir jalan atau di susut-sudut pedesaan. Hal ini juga sekaligus membuktikan bahwa teknologi telekomunikasi yang “merakyat” juga menjadi faktor penggerak perekonomian pedesaan.

Tarif Murah Membantu Pemerintah Dalam Mengentaskan Pengangguran dan Kemiskinan, serta Mesin Pencetak Para Wirausahawan Muda
Pengangguran dan kemiskinan merupakan label lama dari negara kita. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi kedua masalah ini, mulai dari jaman Presiden Soekarno hingga Susilo Bambang Yudhoyono jilid II. Namun tetap saja kedua label ini masih erat menempel di tubuh negara kita.

Keadaan ini makin diperparah oleh korupsi yang terus merongrong negeri ini. Faktanya bahwa korupsi yang mencuri uang negara hingga triliunan rupiah telah meningkatkan tingkat pengangguran dan kemiskinan di Indonesia.

Melihat fenomena tersebut maka peran industri telekomunikasi pun dibutuhkan. Maka jangan heran, jika banyak praktik korupsi terkuak setelah diperdengarkannya rekaman elektronik dari para pelaku koruptor, seperti kasus penyuapan yang dilakukan oleh Artalytha Suryani (Ayin). Tak hanya berhenti disitu saja, industri telekomunikasi juga berperan aktif dalam mengentaskan pengangguran dan kemiskinan di Indonesia. Misalnya saja ketika dilakukannya penurunan tarif telekomunikasi di berbagai operator selular. Sambutan hangat dan welcome langsung menyeruak dari berbagai kalangan, baik yang berasal dari daerah perkotaan maupun daerah pedesaan bahkan pedalaman, mulai dari kalangan pebisnis hingga kalangan buruh, atau mulai dari kalangan atas hingga kalangan bawah. Faktanya setelah diturunkannya tarif telekomunikasi banyak sekali usaha-usaha penjualan voucher pulsa yang tumbuh bak jamur di musim penghujan di berbagai wilayah, mulai dari kota hingga sudut-sudut pedesaan. Lahirnya counter-counter penyedia pulsa telah membantu pemerintah dalam mengatasi penyediaan lapangan kerja di masyarakat. Bahkan penjualan pulsa pun tidak hanya dilakukan melalui counter-counter, tetapi juga secara personal. Sehingga pengangguran dan kemiskinan pun sedikit demi sedikit teratasi.

Hal tersebut juga diakui oleh Menteri Keuangan (MenKeu) Sri Mulyani bahwa industri telekomunikasi di Indonesia berperan serta dalam memberikan kontribusi pencapaian target pertumbuhan perekonomian Indonesia tahun 2009 sebesar 4,5%.

Penurunan tarif telekomunikasi yang “merakyat” juga menjadi mesin pencetak wirausahawan-wirausahawan muda di negeri ini. Wujud konkretnya adalah para penjual pulsa personal yang biasanya dilakoni oleh kaum pelajar atau mahasiswa. Tentu saja trend positif yang sudah cukup lama ini berkembang secara langsung telah mengajarkan bagaimana berpikir, bersifat dan bersikap menjadi wirausahawan pada generasi muda, walaupun masih dalam skala yang kecil. Tetapi kedepannya, dari yang kecil tersebut seyogyanya dapat mengahantarkan para generasi muda ini menjadi generasi penerus yang dapat membawa perubahan positif untuk bangsa ini.

Menganalisa semua hal di atas, sudah sepantasnya perkembangan telekomunikasi tidak hanya diorientasikan untuk kebutuhan jangka pendek saja atau hanya sekedar meraup keuntungan secara finansial, tetapi juga jangka panjang dan keuntungan selain finansial, seperti sosial, politik, pendidikan, budaya dan hal-hal yang dapat memperkokoh struktur perekonomian negeri ini. Peran aktif pemerintah, jajaran manajemen operator selular, konsumen dan semua kalangan yang terlibat dalam dunia telekomunikasi harus mampu membangun telekomunikasi Indonesia menjadi lebih baik secara bersama-sama. Berkah yang diperoleh dari tarif telekomunikasi yang murah merupakan salah satu contoh yang dapat dijadikan sebagai pemacu semangat dalam menciptakan era telekomunikasi di Indonesia menjadi lebih baik. Sehingga kedepannya, berkah ini semakin merata dan menyeluruh supaya dapat dirasakan oleh berbagai generasi dan kalangan, dari yang tua hingga anak-anak, dari kota hingga pelosok pedalaman, dan yang paling penting adalah dari, bagi dan untuk seluruh warga Negara Indonesia.

Referensi:
Harian Seputar Indonesia edisi Rabu 27 Januari 2010 dan Minggu 31 Januari 2010

[1] Naskah lomba untuk XL Award 2009 Lomba Karya Tulis dan Foto.


[2] Mahasiswa Teknik Informatika, FASILKOM-BINA NUSANTARA UNIVERSITY.